Minggu, 03 April 2011

Fruitanol sebagai Pemenang CEC (Community Enterpreneur Challange) Award 2010

Wirausahawan sosial adalah wirausahawan gelombang baru Indonesia. Mereka membangun bisnis berbasis komunitas dan menghasilkan produk bernilai tambah tinggi. Representasi terbaik mereka saat ini adalah para pemenang Community Entrepreneurs Challenge (CEC) Awards 2010.
Pada CEC yang merupakan program kerja sama British Council dan Arthur Guinness Fund, yang terpilih sebagai tiga terbaik Wirausahawan Sosial Pemula adalah Fruitanol (Yogyakarta), Aliansi Pro-Agribisnis Pakpak Barat (Medan), dan Wangsa Jelita (Bandung), sementara tiga terbaik kategori Madya adalah Komunitas Hong (Bandung), Outreach International Bioenergy (Jakarta) dan Indonesian Pluralism Institute (Jakarta). Pemenang CEC akan mendapatkan dana investasi sosial sampai Rp 100 juta.

Pemenang CEC Award 2010 Kategori Pemula (di bawah tiga tahun)

  Tiga Pemenang CEC Award 2010 Kategori Pemula (memegang tropi dari kiri ke kanan) Sabam Malau (Aliansi Pro-Agribisnis Pakpak Barat), Dita Adi Saputra (CV Fruitanol), Nadya Fadila Saib (Wangsa Jelita) didampingi (dari kiri ke kanan) John Galvin (Guinness Indonesia), HE Martin Hatfull (Duta Besar Inggris untuk Indonesia), Keith Davies (Country Director British Council Indonesia), Maria R. Nindita Radyati (Juri / Direktur Center for Entrepreneurship, Change, and Third Sector – CECT). Foto Copyright British Council Indonesia. 

  • Frutanol didirikan oleh Dita Adi Saputra dan kawan-kawannya. Mereka menemukan cara memanfaatkan limbah/sampah buah salak untuk menjadi energi bioetanol dan mengolah hasil sampingnya menjadi pupuk organik. Fruitanol direncanakan menjadi perusahaan yang dijalankan oleh komunitas petani dibawah bimbingan Dita Adi Saputra dkk (Fruitanol) sehingga mereka mengenal cara pengolahan limbah salak yang ramah lingkungan sekaligus meningkatkan pendapatan.
  • Aliansi dibentuk Sabam Malau untuk mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia yang mahal dan tak ramah lingkungan. Bersama-sama, mereka membuat pupuk ramah lingkungan dari kotoran kelinci. Untuk mendukung hasil temuan mereka, Aliansi Pro-Agribisnis ingin menciptakan peternakan kelinci di Pakpak Barat, yang jika sukses dapat menjadi model baru untuk komunitas pertanian yang berkelanjutan.
  • Wangsa Jelita menggagas perdagangan adil untuk petani bunga, dengan cara memproduksi dan menjual sabun alami sekaligus memberikan bimbingan untuk akses pasar.
Pemenang CEC Award 2010 Kategori Madya (di atas tiga tahun)

 Tiga Pemenang CEC 2010 Kategori Madya (mengangkat tropi dari kiri ke kanan) Zaini Alif (komunitas Hong), Elias Tana Moning (Outreach International Bioenergy), William Kwan (Indonesia Pluralism Institue) didampingi (dari kiri ke kanan) John Galvin (Guinness Indonesia), HE Martin Hatfull (Duta Besar Inggris untuk Indonesia), Nancy Magried (PT Pixel Indonesia), Rusdi Idrus (IPPM), Djoni Tjung (Guinness Indonesia). Foto Copyright British Council Indonesia.
  • Komunitas Hong didirikan oleh Zaini Alif yang memiliki minat yang sangat mendalam terhadap kesenian dan adat Sunda. Zaini meneliti dan menciptakan kembali mainan adat Sunda agar aman bagi anak-anak sekaligus dapat diproduksi secara massal.
  • Outreach International Bioenergy dibangun oleh Elias Tana Moning yang telah lama punya pengalaman dengan minyak jarak. Outreach menerapkan sistem bagi hasil dengan petani Flores. Mereka juga bekerja sama dengan paroki-paroki setempat untuk menyukseskan program.
  • Indonesian Pluralism Institute (IPI) didirikan oleh William Kwan. Selain meneliti batik dan memberdayakan perajinnya di Lasem, Jawa Tengah, IPI juga mengampanyekan nilai-nilai kemajemukan melalui batik. IPI percaya bahwa melalui batik, orang bisa belajar warisan budaya dunia sekaligus menghargai keberagaman.
Menurut dewan juri CEC yang terdiri atas Romy Cahyadi, Ipung Nimpuno, Keith Davies, Maria R. Nindita Radyati, dan Ambrosius Ruwindrijarto, semua pemenang CEC menunjukkan potensi yang kuat untuk mengembangkan kewirausahaan sosial berbasis komunitas mereka. “Mereka tak hanya memecahkan masalah sosial dan peduli terhadap lingkungan hidup, mereka juga punya passion yang sangat besar,” kata Ipung Nimpuno dari Arthur Guiness Fund, penyelenggara bersama ajang CEC. Sementara itu, Maria mencatat bahwa konsep dan ide sosial setiap pemenang menggembirakan. Hanya saja, aspek yang perlu dibenahi adalah persoalan teknis berkenaan dengan pengaturan keuangan dan governance plan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar